close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Saturday 27 May 2017

Membentuk Kepribadian Anak







Keluarga merupakan wadah utama dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Pendidikan yang diterapkan dalam keluarga oleh orangtua terhadap anak-anaknya akan menjadi pola pikir anak ketika dewasa kelak, karena pada dasarnya sifat anak adalah meniru orangtuanya. Oleh karena itu sebelum anak hadir di tengah-tengah keluarga, sepasang suami istri harus sudah paham benar bagaimana tugasnya ketika menjadi orangtua, baik ayah maupun ibu. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi disfungsi peran dalam mendidik anak.

Anak dengan masalah sulit mencerna suatu pelajaran tidak akan meresahkan orang lain karena masalah tersebut akan dapat diselesaikan dengan belajar lebih giat. Tetapi anak yang bermasalah dalam hal moral, etika, bahkan berani melanggar norma akan sangat mengganggu banyak orang. Jika kita amati lebih dalam, anak-anak dengan masalah tersebut seringkali memiliki masalah dalam keluarganya. Dalam mendidik anak, orangtua harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya menjauhkan anak dari hal-hal negatif, menjauhkan anak dari sikap berlebihan, serta mendisiplinkan anak sedini mungkin.

a. Perhatian pertama yang ditekankan dalam mendidik anak adalah dalam hal akhlak/tingkah laku sehari-hari. Seorang anak akan tumbuh sesuai dengan perilaku yang dibiasakan oleh pengasuhnya, seperti sikap keras, pemarah, tergesa-gesa, kasar, rakus, dan suka membantah. Perilaku yang tertanam sejak kecil akan sulit dihilangkan dan akan menjadi tabiat yang melekat pada dirinya. Sehingga tidak heran jika dalam masyarakat banyak kita jumpai orang dewasa yang berprilaku menyimpang yang meresahkan masyarakat.

Sebagai orangtua kita harus membiasakan anak untuk berkata jujur, menjauhkan sifat malas, menanamkan sikap kasih sayang dengan saling membantu dan saling memberi, serta membuang jauh-jauh kata-kata kotor yang tidak pantas diucapkan.

b. Perhatian kedua yang tidak kalah pentingnya adalah menjauhkan anak dari sikap berlebihan seperti terlalu banyak makan, terlalu banyak tidur, terlalu banyak bicara, dan terlalu banyak bermain. Kadang, orangtua mengira dengan memberi kebebasan ia mengira telah memuliakan  anaknya. Padahal hal demikian akan menjadikan anak tidak mandiri.

c. Perhatian ketiga adalah mengenai kedisiplinan. Anak yang manja adalah akibat dari tidak adanya kedisiplinan dalam keluarga. Mengapa anak yang manja meresahkan orang lain? Karena ia akan berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan dengan berbagai cara, termasuk cara yang salah.

Perilaku-perilaku kurang baik anak manja akan tampak ketika ia berkumpul dengan teman-temannya. Ia akan menampakkan sikap permusuhan kepada anak-anak lain jika ada sesuatu hal yang membuatnya tidak suka. Perilaku manja seorang anak biasanya disebabkan oleh kekhawatiran orangtua bahwa kekerasan akan mengakibatkan anak cengeng, atau disebabkan oleh ketidaktahuan orangtua akan perbedaan keras dengan tegas.

Dalam mendisiplinkan akan akan sebuah peraturan diperlukan ketegasan, bahkan hukuman diperbolehkan jika dibutuhkan yang tentu saja dalam pemberiannya hatus disesuaikan dengan tingkat perkembangan otak anak. Hukuman yang diberikan kepada anak dengan tujuan mendisiplinkan tidak melulu dalam bentuk bentakan dan pukulan karena hukuman seperti itu akan menyakiti hati anak.

Hukuman bisa dalam bentuk penangguhan permintaan atau dengan mengurangi jatah uang harian jika anak sudah mulai mendapatkan uang harian. Karena ketaatan yang lahir dari kekerasaan tidak akan berlangsung lama, selain itu hukuman yang berlebihan akan merusak hubungan anatara orangtua dan anak, yang pada akhirnya ketika bergaul di masyarakat anak akan menjadi pemalu, penakut, bahkan menjadi keras dan acuh. Ketiga hal tersebut, jika orangtua mampu melaksanakannya dengan baik insyaallah akan mampu melahirkan anak-anak berkualitas yang menyejukkan mata orangtua juga masyarakat serta yang akan mendoakan dan membawa orangtua ke Surga Allah swt.