close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Monday 14 December 2020

Dunia Bagaikan Air Laut

Dunia, adalah tempat kita hidup. Menanam benih- benih kebaikan, agar kiranya di akhirat nanti kita punya bukti bahwa untuk bisa termasuk hamba-hambanya yang ikhlas; yang hanya beribadah dan menyembah pada-Nya. Tidak menyekutukan Dia dengan suatu apa pun.

Bukankah tujuan diciptakannya jin dan manusia hanyalah untuk beribadah kepada serta tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun?

Maka, hendaklah itu selalu diingat dalam setiap langkah hidup kita. Setiap hembusan nafas dan denyut nadi.

Jika diibaratkan sebagai seorang musafir, seringlah kita dengar bahwa dunia hanyalah ‘tempat mampir minum’ yang hanya digunakan untuk beristirahat dan menghilangkan kelelahan yang kita alami selama melakukan perjalanan.

Namun, terkadang ada orang yang terlena dengan dunia. Menganggapnya sebagai tempat tujuan terakhir. Hingga ia lupa bahwa akhirat lah sebenar-benar tempat kembali.

Direngkuhlah dunia dengan kedua tangannya. Namun, itu masih kurang. Dia merasa harus memiliki segala seauatu yang ada di dunia ini. Begitulah tabiat manusia; selalu merasa kurang, meski tangan telah penuh dengan apa yang diinginkan.

Begitu pula dunia ini, selalu menjadikan manusia merasa kurang dan kurang. Tiada kata cukup untuk menyudahi apa yang manusia lakukan.

Dunia itu, seperti air asin. Semakin banyak kita meminumnya, maka kita akan semakin merasa haus,” begitulah yang disebutkan dalam salah satu peribahasa Arab.

"Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” (HR Muslim no 2868).

Memang benar, manusia tak akan merasa cukup atas apa yang dimilikinya di dunia. Jika manusia telah mendapatkan satu hal, maka dia akan menginginkan hal lain yang lebih besar dari apa yang didapatkan sebelumnya.

Padahal, dia tidak menyadari bahwa semakin dia menginginkan sesuatu yang lain dari dunia ini, maka dia akan semakin merasa kurang. Seperti halnya kehausan karena meminum air yang asin.

Maka, ingatlah kembali tujuan penciptaan kita. Dan janganlah terlena atas gemerlapnya dunia.