close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Tuesday 27 September 2016

Biar Saya Yang Bayar





Pada suatu hari, setelah shalat isya dan sunnah ba'diyah sebagian besar jamaah masjidil haram berbondong-bondong ke luar. Ada yang langsung pulang dan ada juga yang mampir di beberapa pusat perbelanjaan. Pusat perbelanjaan di sekitar mesjid masih ramai dikunjungi oleh para jamaah walaupun sebagian besar jamaah sudah pulang dari makkah.

Di antara kerumunan orang yang sibuk berbelanja terdapat Pak Muhsin, salah seorang jamaah asal Indonesia yang sejak tadi sibuk membolak-balikan ssjadah. Dia sangat menyukai sajadah tersebut, tapi dia tidak mempunyai cukup uang untuk membeli sajadah tersebut. Malam itu adalah malam terakhir Pak Muhsin di makkah karena besok ia akan terbang ke Jeddah lalu kembali ke tanah air. Dengan berat hati ia meninggalkan toko sajadah tersebut.

Walaupun Pak Muhsin sudah menjauh dari toko sajadah tersebut tapi pikirannya tidak bisa lepas dari sajadah yang dia sangat sukai. Setelah memutari lantai dasar pusat perbelanjaan satu putaran, langkah kakinya menuntunnya kembali ke toko sajadah tersebut. Tangannya kembali memegang sajadah seraya memegang uangnya yang tidak cukup. Tanpa disadari seseorang asal Arab yang sedang memilih-milih sajadah di toko itu memperhatikan Pak Muhsin. 

Begitu sajadah itu diletakan oleh Pak Muhsin, tiba-tiba orang Arab tersebut mengambil sajadah pilihan Pak Muhsin, lalu membayarnya dan menyerahkannya kepada Pak Muhsin sambil berkata:

"Hadiah....Hadiah... Tafadhdhal!"

Pak Muhsin sangat senang dan terharu.

Sampai di tanah air, peristiwa tersebut selalu dikenang apalagi ketika melihat sajadah yang diberikan oleh orang Arab yang tidak dikenalnya itu. Dia ingin melakukan hal yang sama. Dia ingin membahagiakan orang-orang yang menginginkan suatu barang, tapi tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli seperti yang dia alami.

Lalu pada suatu hari setelah shalat dzuhur berjamaah di suatu mesjid, dia mampir ke toko buku kecil di samping mesjid langganannya. Pada saat dia sedang melihat-lihat buku tentang islam terbitan terbaru, tiba-tiba matanya tertuju pada seorang paruh baya yang sedang memegang buku tentang tanya jawab islam. Semua bukunya ada enam jilid.

"Pak, apakah nanti ba'da magrib tokonya masih buka?" Tanya seorang paruh baya kepada penjual buku.

Penjual buku pun memberitahu jika tokonya tutup pada pukul 16.00. "Bapak kembali saja besok pagi".

"Wah sayang sekali saya besok harus kembali ke daerah." Jawabnya sambil beranjak pergi perlahan.

Pak Muhsin ingat kembali kejadian tempo hari di makkah segera dia menghampiri penjual buku dan berkata, "Panggil bapak itu kembali, dan serahkan buku itu sebagai hadiah. Biar saya yang bayar!"

Bapak paruh baya tersebut senang dan kaget, tidak dia duga ada yang berbaik hati mau membayarkan enam jilid buku yang diinginkannya. Buku tanya jawab tersebut sangat ia perlukan untuk berdakwah di daerah.

Pak Muhsin bisa merasakan kebahagiaan bapak paruh baya tersebut seperti yang ia rasakan di Makkah.