close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Tuesday 30 August 2016

Seorang Pelaut dan Professor



Ada kisah mengenai pelaut tua serta seorang professor. Ini terjadi di zaman waktu orang orang masih melakukan perjalanan dari satu Negara ke Negara lain memakai kapal laut, sebelum era penerbangan pada zaman sekarang. Profesor ini hendak pulang dari Sidney ke San fransisco untuk menjadi dosen tamu.

Pada malam pertama di atas kapal, usai bertolak dari Sydney, Profesor barus saja menerima makan malam yang luar biasa menyenangkan di aula perjamuan, kemudian dia pulang ke dek untuk menghirup udara segar lautan. Waktu berjalan di dek, beliau melihat seorang pelaut tua yang tengah bersandar di pinggiran kapal, menatap ke samudra pada bawahnya.

Ia menetapkan untuk berbincang-bincang dengan pelaut ini, sebab meski kelihatannya pekerjaan menjadi pelaut ini sederhana, tetapi pelaut itu telah sering mengarungi samudra. Pasti ia telah mempelajari sesuatu yang berguna. Professor selalu ingin menaikkan limpahan pengetahuannya yang beliau pikir sebagai makna hidupnya. Ia menghampiri pelaut itu dan  berkata,” Pak tua, telah berapa lama Anda melaut?”

Pelaut menjawab,” sejak masih bocah, kurang lebih umur 3 belas.”

” Luar biasa!” kata Profesor,” Anda pasti memahami bahwa di samudera  yang kita arungi ini terdapat begitu banyak kehidupan. Menjadi pelaut yang sudah banyak makan asam garam, Anda pasti pakar pada ilmu hayati kelautan, tentang semua binatang yang menggantungkan hidupnya di samudra pada bawah kita ini, berikut semua arus dan terumbu karangnya. Ayo kita berbincang tentang oceanologi, ilmu kelautan.”

Pelaut bingung,” Haa? Emang laut ada ilmunya?

Apa?! “seru professor,” bertahun tahun di laut anda tak pernah membaca buku atau belajar mengenai isi samudra di bawah Anda?”

“Tidak pernah” kata pelaut.”

“Anda telah menyia nyiakan waktu Anda!” tukas professor seraya melangkah pergi dengan rasa kesal pada pria tua ini yang sudah menghabiskan hidupnya di lautan tanpa pernah belajar mengenainya.
Besok malamnya, professor mendapat makan malam yang sangat enak lagi sehingga hatinya sangat baik. Jadi ketika beliau berjalan di dek untuk ke 2 kalinya, lagi lagi si pelaut tua sedang berjaga di sana. Kali ini si pelaut sedang memandangi bintang bintang.

Kebetulan pula bahwa ini pun salah satu hobi professor : astronomi. Dia berpikir,”Ah , sudahlah. Laki-laki  tua malang ini mungkin tak memahami banyak mengenai oceanologi, tetapi dia pasti paham mengenai astronomi.”  Di zaman sebelum terdapat GPS, begitulah cara kita mengarungi lautan tanpa tersesat- menggunakan pedoman bintang. Maka beliau mendekati pelaut tua itu.

”Aku  minta maaf soal kemarin malam. Anda mungkin tidak banyak tahu mengenai oceanologi, tetapi berani taruhan Andapastia tahu mengenai astronomi, yang kebetulan hobiku  juga. Coba lihat rasi bintang Beruang besar  disana!”

Pelaut itu terkesiap, ”Beruang besar  apaan?”

“Itu! Bintang itu… di langit utara sana!” tunjuk professor,” Anda pasti memahami astronomi, itu kan yg memandu arah kapal kita!”

Pelaut bingung, ”Aku  tidak tahu Anda bicara apa. Kapten yang tahu soal beginian, bukan aku .”

“Apa?! Lengking Profesor, ”Bertahun tahun di laut, melihat langit di atas, Anda tidak pernah peduli belajar astronomi? Anda menyia nyiakan laut saja !” Profesor pun melangkah dengan muak.

Pada malam ketiga, koki menghasilkan makan malam yg luar biasa lezat, sehingga membuat suasana hati professor itu begitu nyaman. Ketika beliau pulang ke dek, malam itu begitu indah, udara laut sepoi, semerbak, segar, sampai professor membatin, “Ya, sudahlah, saya akan memberinya kesempatan lagi.” Rupanya beliau merupakan professor pada bidang meteorologi.

Beliau menyadari bahwa para pelaut mungkin tak tahu soal ilmu kelautan atau ilmu perbintangan, namun mereka pasti memahami soal cuaca. Karena cuaca mencakup pola dan tenaga angin yang mendorong kapal, serta mengenai badai yang mampu menenggelamkan kapal, jadi cuaca sempurna mutlak dipahami pelaut tua ini.

Ia menghampirinya dan  berkata,” Maafkan saya. Benar-benar saya minta maaf. Ucapan aku  buruk  sekali 2 malam terakhir ini. Aku  sudah salah menilai Anda. Anda mungkin tidak tahu menahu soal oceanologi atau astronomi, tapi aku  percaya Anda pasti tahu soal meteorology, mengenai angin, cuaca yg bisa menghancurkan atau mendorong kapal ini ke tujuan.”

“Meteor apa?! Istilah pelaut.

”Angin dan  badai..” curiga professor.

”Aku  tidak tahu apa apa. Saya Cuma pelaut biasa.” Ujar pelaut menggunakan lugunya.

Murkalah professor,”Apaaaa?! Tolol! Dungu!Begoo! Bertahun tahun di laut! Betapa sia sianya! Kau sia siakan seluruh hidupmu! Profesor pergi dan  bersumpah tidak akan pernah bicara dengan pelaut itu lagi.

Malam keempat di laut, ia tidak hadir ke aula perjamuan buat makan malam karena malam itu samudra mengamuk. Professor mabuk laut, memasukan apa pun ke dalam perutnya hanya akan keluar lagi, jadi dia istirahat saja di kabinnya.

Malam makin larut, badai makin parah. Ia sampai mampu merasakan kapal makin bergoyang. Dia bisa mencicipi gelombang laut menampar jendela kabin. Sungguh cuaca malam itu sangat buruk. Waktu badai mencapai puncaknya di tengah malam. Ia mendengar suara tabrakan, dentuman keras! Ia merasa takut. Selesainya bunyi keras itu, sesaat hanya ada keheningan, diikuti suara orang berlarian dan  kegaduhan pada luar pintu kabinnya. Panik, dia membuka pintu dan  coba tebak siapa yang sedang berlari di luar sana?

Si pelaut tua. Si pelaut tua itu berhenti sesaat, berpaling kearah professor serta berkata,”Pak professor, selama bertahun tahun Anda hidup, pernahkah Anda belajar berenang?”

” Emm… tidak…” lirih professor.”

“Sia sia sekali hidup Anda ! Kapal ini akan tenggelam!” seru pelaut.


Moral kisah ini adalah boleh saja belajar astronomi, oceanologi, atau meteorology, tapi yang paling penting untuk diketahui seorang pelaut adalah cara berenang. Demikian pula, hal terpenting untuk diketahui dlm hidup bukanlah mengetahui soal elektronika, mobil, teknologi tapi bagaimana menjaga kepala tetap di atas permukaan air di dalam arus dan gelombang ketidakpastian hidup, namun sudahkah Anda belajar berenang andai kata kapal Anda tenggelam? Ketika Anda kehilangan seluruh harta Anda, bursa saham jatuh, ditinggalkan pasangan, ditinggal mati orang tersayang? Jika belum, maka kecewa dan duka akan meneggelamkan Anda. Jadi apa yang dimaksudkan dengan bisa berenang? Mengetahui cara untuk peduli, berwelas asih, mengetahui apa yang benar benar penting dalam hidup. Pada saat itu, Anda tidak akan pernah tenggelam.

Memang masih akan terjadi hal hal yang tidak kita inginkan. Masih akan ada orang yang Anda sayangi meninggal, perpisahan, kehilangan, namun Anda memiliki welas asih luar biasa untuk melepas, kepedulian luar biasa terhadap lingkungan, tidak marah namun memiliki kasih sayang hebat terhadap masa lalu, terhadap masa masa indah yang dijalani bersama, untuk bisa mengucap terima kasih banyak.