close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Friday 29 July 2016

Sabar dan Mengeluh



“Mengeluh itu termasuk kebiasaan jahiliah, dan  Orang yang mengeluh, jika ia mati sebelum tobat, 
Maka allah akan memotongnya bagai pakaian dari  Uap api neraka.”

Pada suatu hari, Abul Hassan pergi ke Baitul Haram. Ketika tawaf, tiba-tiba di melihat seorang perempuan cantik yang wajahnya begitu bersinar dan berseri “Demi Allah, aku belum pernah melihat perempuan secantik itu dan wajahnya selalu terlihat gembira. Apakah perempuan itu tidak pernah bersusah dan bersedih hati?” kata Abul Hasan. 

Perempuan itu mendengar apa yang diucapkan Abul Hassan, lalu di bertanya. “Apa yang kaukatakan, Saudaraku?” Tanya perempuan itu. “Demi Allah, aku selalu terbelenggu oleh perasan sedih dan duka dikarenakan risau. Tidak ada seorang pun yang mau peduli dengan apa yang kurasakan ini.” “Persoalan apa yang membuatmu risau?” Tanya Abul Hassan. 

“Aku memiliki dua orang anak yang sudah dapat bermain sendiri dan satu anak lagi yang masih kususui. Suatu hari suamiku sedang menyembelih kambing kurban. Ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anak pertamaku berkata kepada adiknya, ‘Hai adikku maukah aku tunjukkan kepadamu bagaimana ayah menyembelih kambing?’ ‘Ya, aku mau, ‘jawab adiknya. Sang kakak lalu menyuruh adiknya berbaring dan kemudian menyembelih leher adiknya,” Perempuan itu bercerita 

“Lalu apa yang terjadi? Abul Hassan penasaran “Sang kakak ketakutan melihat darah yang keluar diri leher adiknya. Ia kemudian lari ke atas bukit. Nahas baginya karena dia dimangsa oleh buaya. Ayahnya kemudian mencari anaknya hingga ia pun mati kehausan dan ketika aku letakkan bayiku untuk mencari suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju periuk yang berisi air panas. Ditariknya periuk itu dan tumpahlah air panas menyiram tubuhnya hingga melepuh seluruh kulit badannya. Kejadian itu terdengar oleh anakku yang telah menikah dan tinggal di daerah lain. Ia pun jatuh dan pingsan hingga menemui ajalnya. Kini, aku tinggal sebatang kara.” 

Abul Hassan tertegun mendengar cerita si perempuan cantik itu. “Bagaimana kau bisa sabar menghadapi semua musibah hebat itu?” tanyanya kemudian. 

“Tak seorangpun dapat membedakan antara keduanya dan menemukan jalan yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaikinya, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Adapun mengeluh, maka ia tidak mendapat ganti atau sia-sia belaka,” jawab perempuan itu. 


“Kesabaran harus dimiliki setiap orang ketika menerima musibah dan cobaan dari Allah karena  Allah akan mengganti kesabarannya di dunia dengan  menjadi kekasih-Nya dan ketika di akhriat akan menggantinya dengan surga.”