close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Monday 16 March 2015

Salah Sasaran



Usai  Jama’ah Sholat Subuh, pak Jamil mendekati Ustadz Jamal, “ Ustadz, saya seringkali ragu ketika saya bersedekah ke Yayasan-Yayasan Sosial, apa sedekah saya bisa nyampai kepada yang berhak menerima atau tidak, karena saya lihat gaya hidup para pengurus Yayasan-Yayasan sosial itu cukup bikin geleng kepala, makanya saya lebih suka menyerahkan langsung kepada anak-anak atau keluarga yang menurut saya layak dibantu, gimana nih menurut ustadz sikap saya ini ? “ Tanya pak Jamil membuka diskusi pagi itu.

“ Alhamdulillah, pak Jamil harus bersyukur bisa rutin bersedekah, karena bersedekah itu pekerjaan yang paling ringan tapi dampaknnya luar biasa, sedangkan yang menerima sedekah itu beban tanggung jawabnya sangat besar , tetapi  kalau saya lebih senang kalau sedekah saya disalahgunakan oleh Ustadz dari pada disalahgunakan oleh anak jalanan atau keluarga yang kurang mampu “. Jawab Ustadz Jamal. “ lho kok gitu sih Ustadz, berarti sedekah kita gak tepat sasaran kepada yang berhak dong? “ protes pak Jamil.

“ ya sangat dipastikan gak pernah selalu nyampai dan gak selalu tepat sasaran , lha wong kita bersedekah hakekatnya bukan memberi karena kasihan sama mereka kok, karena mereka tidak akan pernah mampu membalas dengan apapun oleh karena itu ketika kita sedang bersedekah ketahuilah bahwa kita sedang bertransaksi dengan Allah SWT, jadi kalau ada orang yang menyelewengkan Zakat,Infaq dan sedekah kita, maka semakin berbahagilah kita karena seluruh pahala ibadah orang tersebut buat kita sementara dia hanya gigit jari, dia Cuma dapat capek saja. Jadi jangan pernah takut kalau kita  bersedekah salah sasaran “. Tegas ustadz Jamal

“ Tapi kan ustadz, supaya kita lebih mantap dan percaya secara manusiawi Lembaga-lembaga itu kan harus memberikan laporan secara transparan dengan memakai auditor yang terpercaya bila perlu “ Tanya pak Jamil melanjutkan

“  he he he…. Emangnya kalau sebuah Lembaga atau Perusahaan yang sudah mendapatkan ISO 9001 dengan Auditor setaraf internasional  itu sudah terjamin keamanahannya dan tidak pernah melakukan kesalahan, tidak sedikit program-program Lembaga Keuangan tersebut gagal dan milyaran dananya raib dan semua itu gak mungkin dilaporkan karena akan mengurangi kepercayaan di masyarakat, walau dana ZIS itu ‘raib’ atau ‘diraibkan’ bukan berarti pahala kebajikan orang-orang yang mengamanahkan Zakat, Infaq dan sedekahnya (ZIS) di Lembaga tersebut terputus, tidak, tidak sama sekali. Disinilah letak tanggungjawab besarnya para actor Lembaga Pengelola ZIS tersebut, karena seluruh Ibadah dan Amal kebajikan mereka akan menjadi taruhannya, gak enak dan gak gampang  kan jadi pihak penerima dan pengelola ZIS ?.

Demikian juga kalau kita memberikan sedekah di jalanan kepada anak-anak itu, apakah tidak diselewengkan? Bisa jadi buat beli rokok atau Narkoba? Jadi jangan pernah lihat orangnya atau Lembaganya kalau mau sedekah tapi Lihatlah Allah dan bertransaksilah denganNYA, pasti terbalas ! “ Jelas ustadz Jamal.

“ Satu lagi Ustadz, mana yang lebih utama menyerahkan sedekah kepada anak yatim / Dhuafa nya langsung atau diberikan kepada Lembaga yang mengurus mereka misalnya ke Rumah Yatim Indonesia (RYI ), karena saya kok kadang masih ada keraguan, apakah sedekah saya ini nyampai ke mereka atau tidak ? “. Tanya pak Jamil melanjutkan.

“ Begini.., katakanlah kita mau sedekah 300 ribu kepada 1 anak yatim/dhuafa, yang namanya anak-anak kira-kira dia mampu gak mengelola dana sebesar itu untuk kebutuhan makan, pendidikan dan lainnya selama 1 bulan saja misalnya ? mustahilkan dia bisa ? apalagi kalo ibunya atau keluarganya tergolong orang yang susah makan, bisa gak sampai seminggu sudah ludes hanya untuk kebutuhan konsumtif saja, sementara itu kebutuhan anak itu bukan hanya satu bulan itu saja, artinya kita harus sedekahin dia lagi setiap bulan sebesar itu, maka jadilah dia dan keluarganya punya ketergantungan kepada kita, setiap saat kalo ada kebutuhan mendesak mereka langsung datangin rumah kita, lebih repot lagi kalo mereka juga cerita tentang kedermawanan kita kepada orang yang senasib, bukan satu orang lagi yang sering bertamu ke rumah kita minta sumbangan, ya kalo kita mampu dan ikhlash melayani mereka, semua sih itu bagus dan gak ada masalah, tapi kalo kemampuan kita terbatas kan bisa membuat mereka kecewa,

beda kalo diserahkan pengelolaannya kepada Lembaga yang mengedepankan kebersamaan, seperti Rumah Yatim Indonesia (RYI) misalnya, Lembaga seperti ini tidak serakah mencari uang besar apalagi sampai ‘menodong’ didepan banyak orang, gak akan dilakukan itu,  karena orientasinya ORANG bukan UANG, buktinya ? gak pernah pasang IKLAN dimedia manapun, gak pernah pasang spanduk di jalan-jalan, gak punya tokoh yang fenomenal, gak ngemis dukungan sama selebritis dan artis, gak nyebar kotak amal dimanapun, tidak membuka counter cabang penyedot dana dimana-mana. Lembaga ini sejak awal didesain hanya memanfaatkan media Jejaring Sosial dengan memberikan SENTUHAN SPIRITUAL kepada semua kita, agar kita selalu INGAT  bahwa ada satu KEHIDUPAN lagi sesudah kematian kita,  bahwa  ada satu INVESTASI yang gak akan pernah rugi dan bisa kita bawa sebagai BEKAL HIDUP sesudah kita mati, bahwa ada banyak GENERASI yang siap menjadi PELANJUT  AMAL kita yang membuat INVESTASI kita memberi dampak manfaat yang luas hingga ketemu lagi di Akhirat nanti,

sekedar untuk pertimbangan, bahwa Lembaga seperti RYI itu memberikan donasi untuk 1 anak asuh Rp.1,5 Juta per bulan CASH, wuih besar banget ? kaget kan ? ya karena untuk membangun Generasi Unggul dan Berkualitas gak bisa dengan asal-asalan, hanya saja penggunaan dana oleh anak-anak tersebut  terkontrol dengan baik, anak-anak  diajarin bagaimana mengelola uangnya, untuk kebutuhan pendidikan, konsumsi, kesehatannya, dll bahkan diajarkan berinvestasi dan sedekah lagi, inilah yang disebut pemberdayaan secara menyeluruh, sehingga ketika mereka keluar nanti sudah terbiasa dan gak terkaget-kaget melihat uang banyak karena mereka sudah tau apa arti uang dan bagaimana menyikapinya dalam kehidupan bahkan sudah punya modal untuk hidup mandiri,  Lha kalo ada Lembaga atau Pemerintah misalnya memberikan subsidi makan saja Cuma 3 ribu perak per hari, beaiswa hanya 50 ribu per bulan, kira-kira Pendidikan dan Kualitas kehidupannya kayak apa ? Generasi yang lahir itu macam mana nanti ?

terus dana sebesar itu dari mana diperolehnya ? ya sederhana saja,  RYI memfasilitasi mengumpulkan kita semua di Jejaring Sosial FB dan lainnya, lalu hati –hati kita yang butuh siraman ruhani karena banyaknya masalah kehidupan ini tersejukkan oleh motivasi spiritual yang diberikan oleh RYI/Motivator Ideologis, ya akhirnya ribuan orang seperti kita ini semua tersentuh BUKAN KARENA KASIHAN tapi memang kita sadar bahwa kita BUTUH menyalurkan INVESTASI AKHIRAT kita kepada mereka yang kita yakini bisa memberi dampak manfaat yang lebih luas,

Nah, kalo kita ngasih sedekah setiap bulan 1,5 juta kepada 1 anak asuh kita kan itu sangat berat bagi kita yang penghasilannya pas-pasan, tapi kalo kita berjama’ah bersama ribuan orang bahkan mungkin nanti akan ada jutaan orang yang seperti kita bergabung bersama RYI, katakanlah yang komit sedekah rutin itu 100 ribu orang maka dengan sedekah 10 ribu saja sebulan, akan terkumpul Donasi Rp.1 Milyard per bulan, luar biasa kan ? jadi jangan berkecil hati kalo sedekah di RYI Cuma 10 ribu perak atau lebih kecil lagi, apalagi bisa lebih besar, subhaanallah tambah dahsyat

Jadi mana yang lebih memiliki dampak yang luas, terserah pilihan kita masing-masing ! “ demikian ust Jamal menjelaskan panjang lebar.

Tapi kan Ustadz, sekarang ini banyak sekali bermunculan lembaga sejenis Rumah Yatim diinternet, bagaimana cara melihat kebenarannya ? tanya pak Jamil lagi, karena pernah merasa tertipu

“ Gampang, pake tipsnya dari Pak Amin Rais aja, SMS atau telpon atau miss call saja Pimpinan / Pengurusnya, terutama pada Jam 03.00 dini hari ( sebelum subuh ) , beberapa hari, kalo dia gak jawab atau gak balas SMS sama sekali, atau susah dihubungi, bisa dipastikan Lembaga tersebut dipimpin oleh orang yang kurang peduli sama ummat dan gak butuh sama Allah SWT ,

Kedua, secara eksistensi Lembaga tersebut bisa dilihat dari keberadaan Akun Rekening Bank atas nama Lembaga/Yayasan tersebut terutama Bank Ternama seperti BCA, BNI, Bank ini benar-benar sangat cermat melihat keaslian Legal Aspek dengan persyaratan yang sangat ketat ketika sebuah Yayasan Sosial akan membuka Akun,

ketiga, keseriusan Lembaga tersebut dibuktikan Keberadaan Kantor atau Pusat kegiatan yang memiliki Line Telepon Telkom (fixed Line),

tapi ingat apa yang kita lakukan tersebut sekedar agar kita bisa lebih ikhlas dalam bersedekah, tidak punya tendensi yang aneh-aneh seperti Su’udhon, menjelekkan atau menfitnah “. Lanjut ust. Jamal

Sahabat yang disayang Allah SWT, Hanya saja menyelidiki alur sedekah seperti tersebut diatas pernah mendapat teguran dari Rosulullah SAW :

Suatu hari seorang laki-laki miskin mendatangi Aisyah istri Rosulullah, Aisyah pun memberinya sedekah. Lalu Aisyah memanggil pembantunya Barirah dan menyuruh memperhatikan dan menyelidiki laki-laki itu , apa benar laki-laki itu miskin atau pura-pura miskin, lalu dipakai apa itu sedekah yang didapatnya.

Melihat kejadian tersebut Rasulullah kemudian menegur Aisyah dengan sabdanya “ Jangan kau berhitung dalam memberi sedekah karena Allahpun tidak pernah berhitung dalam memberikan rezeki kepada kita(HR.Nasa’i , Ibnu Hibban, Ahmad dan Haitsami )