Sahabat,tanpa disadari bahwa kita tidak akan pernah merasa puas dengan kenikmatan dunia, kepuasan tidak akan pernah didapat karena sulit menerima takdir Allah.
Menggenggam kuat dunia dan memasukkan di hatinya justeru akan membuat sesuatu yang lebih sakit lagi ke depannya jika dunia tersebut terlepas dari genggaman.
Padahal sudah menjadi hak mutlak Allah dalam memberikan rezekinya kepada siapa yang dia kehendaki, karena sejatinya hidup ini tidak selamanya tentang kekurangan, kemelaratan, keperitaan, ujian dan bencana.
Terserah bagaimana kita berupaya dalam mengejar dunia kita namun kita harus ingat bahwa ada satu titik kita akan kembali menghadap-Nya. Sebagaimana perkataan imam Al-Ghazali, “Hiduplah sebagaimana semaumu, tetapi ingat, bahwa engkau akan mati. Dan cintailah siapa yang engkau sukai, namun ingat, engkau akan berpisah dengannya. Dan berbuatlah seperti yang engkau kehendaki, namun ingat, engkau pasti akan menerima balasannya nanti.”
Ketika usia telah mencapai penghujungnya maka rezeki kita telah habis kita pergunakan, lantas apa yang harus kita khawatirkan, dengan sibuk mencari rezki tanpa batas waktu?
Bukankah Rasulullah ﷺ pernah sampaikan dalam sebuah hadits, “Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya.” (HR.Ibn Mas’ud).
Dan kembali lagi dalam diri kita pribadi, kepuasan seperti apa yang akan kita cari di atas muka bumi ini, rengkuh kepuasaan kita masing-masing dengan takaran secukupnya.
Jangan pernah merasa kurang dengan apa yang didapat apalagi sampai membandingkan dengan orang lain, maka kepuasan tidak akan pernah didapat.
Rasa syukur harus ditanam dalam setiap perbuatan, karena kepuasan tersebut akan bermuara kepada qolbun salim atau hati yang selamat.