close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Wednesday 31 March 2021

Semua Harta Yang Kita Miliki Akan Dihisab

Setiap muslim meyakini bahwa segala amal perbuatan akan dipertanggung-jawabkan kelak di yaumil akhir.  Tapi,  tahukah ukhti bukan hanya amal yang akan dihisab namun juga segala barang yang kita miliki.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.”  (HR.  Tirmidzi)

Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, ini menjadi kalimat yang perlu digaris bawahi. Terkadang perempuan senang sekali membeli barang bukan karena kebutuhan tetapi karena keinginan. Kemudian tanpa terasa barang menumpuk di rumah tidak terpakai.

Diskon dan Sale selalu menjadi daya tarik tersendiri. Kadang tanda “diskon” dan “sale” menjadi hipnotis tersendiri, yang membuat ingin membeli meski tidak benar-benar membutuhkan. Bukan hanya pakaian, tas, sepatu dan segala aksesoris, perabotan rumah, perabot dapur pun sama.

Barang-barang yang menumpuk, tidak pernah dipakai menjadi tidak memiliki manfaat dan ini bisa menjadi bagian dari perhitungan hisab harta kita kelak di akhirat.

Para sahabat dan orang-orang shalih terdahulu, sangat hati-hati dalam harta mereka. Abdurrahman bin Auf, salah seorang sahabat Rasulullah yang terkaya, ketika Nabi mengabarkan bahwa ia akan masuk surga dengan merangkak karena pertanggungan hartanya, kemudian banyak mensedekahkan hartanya. Namun, tetap saja hartanya masih terus bertambah hingga beliau wafat meninggalkan warisan yang berlimpah untuk keluarganya.

Islam tentu tidak melarang seorang muslim untuk membelanjakan hartanya dengan segala hal yang disukai. Tetapi harta yang kita belanjakan pun, apakah membawa pada kebaikan atau justru keburukan. Jika kita menyenangi suatu barang, contohnya saja tas, kemudian kita sampai mengkoleksinya dan kemudian lebih banyak waktu kita tersita untuk memandangi atau merawat tas-tas tersebut, bukankah hal tersebut berarti kita telah menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia.

Selain itu Islam mengajarkan untuk tidak boros dan mubazir. Sifat mubazir lebih dekat pada setan, inilah yang harus kita hindari. Pilah pilih barang yang benar-benar kita sukai dan bermanfaat bagi kita. Jika dirasa tidak bermanfaat atau tidak lagi disukai, maka kita bisa mensedekahkannya atau bahkan menjualnya. Jika barang-barang tersebut masih bernilai dan berguna bahkan kita bisa mewakafkannya pada lembaga yang membutuhkan sehingga barang tersebut justru akan mengalirkan pahala yang berkelanjutan bagi kita.