close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Tuesday 27 October 2020

Kunci Rumah Tangga Yang Berkah

Siapa tidak ingin hidup bahagia dalam berumahtangga? Rasanya tak satu pun manusia menghendaki yang sebaliknya. Semua ingin bahagia, semua ingin keluarga sakinah, keluarga yang penuh berkah.

Tetapi, bagaimana mewujudkan keberkahan dalam rumah tangga, ini yang setiap pasangan mesti benar-benar meneguhkan tekad untuk mewujudkannya.

Dan, sebagaimana sifat agama Islam yang sempurna dan bisa diamalkan, mewujudkan rumah tangga yang berkah juga tidak sulit. Berikut beberapa kunci-kuncinya.

Pertama memang membaca Al-Qur’an. 

Kedua, menjadikan yang belum bisa membaca Al-Qur’an bisa dan senang membaca Al-Qur’an.

Tentu saja seorang suami wajib memastikan seluruh anggota keluarganya bisa baca Al-Qur’an dan mendorong agar gemar membacanya. Sebab, membaca Al-Qur’an di rumah tidak saja mendatangkan pahala dan ketentraman hati, tetapi sekaligus memastikan rumah aman dari gangguan setan.

Dari Abu Hurairah radhiAllahu’anhu bahwa Rasulullah shalallahu’alaihiwasalam bersabda, “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian pekuburan, sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah.” (HR. Muslim).

Ketiga, memastikan dzikir di dalam rumah senantiasa diamalkan.

Mungkin telah jamak dialami umat Islam yang kala di rumah tiba-tiba hati menjadi gelisah, dada terasa sempit karena muncul hal tiba-tiba dan tidak sesuai harapan.

Dalam situasi apapun, hendaknya pasangan suami istri senantiasa dzikir kepada Allah, sehingga lahir ketentraman hati.

 “Perumpamaan rumah yang dijadikan sebagai tempat mengingat Allah dan rumah yang tidak dijadikan sebagai tempat mengingat Allah adalah bagaikan perbedaan antara orang yang hidup dan mati.” (HR. Muslim).

Keempat, jadikan rumah sebagai basis konsolidasi pencegahan diri dan keluarga dari api neraka.

Artinya, jangan sampai rumah menjadi sarana diskusi dan komunikasi suami-istri dan anak dalam hal yang mengundang murka Allah Ta’ala.

Kelima, terus-menerus memacu diri hidup dengan tuntunan syariah.

Jika suami pebisnis, pedagang, maka hendaknya mengerti hukum halal haram. Sebab, pedagang yang jujur tempatnya surga, dan pedagang yang curang, tempatnya neraka. Dengan demikian, harta yang masuk ke dalam rumah adalah harta yang secara syariah bisa dipasitkan kehalalalannya. Bukan yang meragukan.

Jika suami atau istri seorang penegak hukum, pastikan tidak mengambil harta dan benda berupa apapun melalui jalan yang tidak sesuai ketentuan. Hal ini mungkin bisa menambah aset secara material dan finansial, tetapi itu mengikis kebahagiaan hidup rumah tangga, termasuk keberkahan hidup seluruh keluarga.

Oleh karena itu, setiap keluarga harus mendekatkan diri kepada Allah sesuai profesi yang ditekuninya dengan mengacu pada aturan-aturan syariah yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Sebab, tanpa keseuaian dengan syariah, sebanyak apapun harta, ujungnya tetap membahayakan kehidupan dunia-akhirat kita sendiri.

Tentu masih ada langkah lainnya, seperti menjalin silaturrahim, tak pernah lalai untuk bersedekah, membantu sesama dan aktif dalam beragam program amar ma’ruf nahi munkar. Jika ini semua bisa diupayakan dalam keseharian rumah tangga kita, insya Allah keberkahan hidup akan sangat terasa, dimana kian hari rasa hati kian tentram tunduk dan taat kepada ketentuan Ilahi. Wallahu a’lam.*