close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Saturday 31 October 2020

Ahli Ibadah Yang Bukan Pecinta Allah



Kisah ini diceritakan imam al ghazali dalam kitabnya yang berjudul Mukasyafatul qulub. Diceritakan bahwa ada seorang ulama yang rajin bangun pada sepertiga malam untuk melaksanakan ibadah shalat tahajud, dia adalah Abu Bin Hisyam. Pada saat itu, dia hendak berwudhu untuk melaksanakan shalat tahajud, tiba-tiba dia kaget karena kedatangan sesosok makhluk di bibir sumur. 

Abu bin Hisyam bertanya, “Wahai makhluk Allah siapakah engkau?”

“Aku adalah malaikat utusan Allah Swt.”

Abu bin Hisyam pun merasa kaget dan bangga dalam waktu bersamaan. Lalu dia bertanya lagi,

“Apa yang kamu lakukan disini?”

“Aku diperintahkan untuk mencari hamba pecinta Allah.”

Abu bin Hisyam melihat bahwa malaikat tersebut membawa sebuah buku catatan yang tebal, dia pun penasaran.

“Wahai malaikat, buku siapakah yang engkau bawa?”

“Ini adalah kumpulan nama-nama hamba pecinta Allah Swt.”

Abu bin Hisyam berharap bahwa namanya tercantum di dalam buku tebal tersebut, dia pun menanyakannya. Karena wajar saja, dia adalah orang yang selalu melaksanakan shalat tahajud dan bermunajat kepada Allah Swt. Malaikat pun mulai mencari namanya. Namun, tidak ada nama Abu bin Hisyam yang tercatat pada buku tebal tersebut. Abu bin Hisyam meminta malaikat mengecek ulang namanya, barangkali terlewat, namun tetap sama namanya tidak tercantum.

Abu bin Hisyam bergetar, tersungkur jatuh dan menangis.  “Betapa ruginya aku yang selalu tegak berdiri pada malam untuk shalat tahajud dan bermunajat tapi namaku tidak termasuk dalam golongan hamba pecinta Allah Swt.”

“Wahai Abu bin Hisyam, bukan aku tidak tahu engkau bangun setiap malam ketika yang lan tidur, mengambil air wudhu dan kedinginan pada saat orang lain terlelap dalam buaian malam. Tapi tanganku di larang Allah untuk mencatat namamu.”

Abu Hisyam semakin penasaran. “Mengapa Allah melarangmu untuk mencatat namaku? Apa gerangan yang menjadi penyebabnya?”

“Engkau memang bermunajat kepada Allah Swt, tapi engkau pamerkan dengan rasa bangga akan hal itu kemana-mana dan asyik beribadah memikirkan diri sendiri. Di kanan kirimu ada orang sakit dan lapar. Engkau tidak jenguk dan tidak memberi makan.  Bagaimana mungkin engkau dapat menjadi hamba pecinta Allah? Dan dicintai oleh Allah. Kalau engkau sendiri tidak pernah mencintai hamba-hamba yang diciptakan oleh Allah Swt.

Abu bin Hisyam termenung dan tersadar. Jika ternyata ibadah bukan semata hanya urusan makhluk dan khaliq semata, namun juga dengan sesama manusia dan alam semesta.