close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Thursday 10 September 2020

Rezeki Ini Milik Siapa?

           



           Di sebuah desa berkumpul beberapa orang pemuda mereka asyiik bercengkerama dan bercanda satu sama lainnya, tepatnya di warung kopi Bu Sumi  yang juga menjajakan jagung bakar.

Sambil menikmati kopi dan jagung bakar, mereka terus asyik dalam perbincangan, kadang - kadang mereka terdiam dan kadang pula mereka tertawa terbahak - bahak. Tiba-tiba muncul seorang pria tua renta mendatangi warung tersebut. Rambutnya telah putih, badannya agak bongkok dan bajunya agak tak terurus.

Pak tua itu lalu mendatangi kumpulan pemuda tersebut sambil berkata, “Tolong, Nak.. Saya lapar sudah beberapa hari ini saya tak makan,” kata orang tua ini. “Saya berasal dari desa di lereng gunung,” lanjutnya lagi.

Mendengar hal itu para pemuda ini menghentikan sejenak obrolan mereka. Namun bukannya menolong, mereka malah tertawa terbahak-bahak melihat penampilan orang tua ini... Kemudian seakan-akan tak menyadari kehadiran orang tua ini mereka kemudian melanjutkan canda  tawanya tanpa menghiraukan perkataan orang tua tadi.

Dengan memelas orang tua ini kembali berkata, “Tolonglah nak... Bagi-bagilah rezeki Allah... Berilah saya beberapa biji jagung itu...”,“Nanti Allah mudahkan rezekimu,” lanjutnya lagi.

Tapi kembali tak ada yang menghiraukan orang tua ini... Mereka terus saja makan dan minum sambil tertawa-tawa. Dengan sedih orang tua itu berkata, “Mungkin tak ada rezeki saya disini yang telah ditetapkan oleh Allah.”

Apaaa... Rezekimu???” Tiba-tiba seorang pemuda dengan sombongnya menghardik orang tua itu.

Pemuda yang menghardik ini bernama Saprul. Ia memang terkenal dengan sifat sombong dan angkuh, mungkin karena ayahnya termasuk tuan tanah di kampung itu dan dia terlalu dimanjakan oleh orang tuanya, sehingga cenderung meremehkan orang lain.

Makanan dan minuman  adalah hasil kerja kami, usaha kami, waktu kami, pikiran kami dan tak ada sangkut pautnya dengan Tuhan!” Katanya. “Kalau mau makan sana kerja!” Katanya lagi dengan nada yang meninggi tanpa ada rasa hormat kepada orang tua.

Mendengar hal itu orang tua ini mengucapan istighfar dan berkata, “Maafkan saya Nak.”

Yaaaa... Pergi sana! Semua ini rezeki kami dan tak ada rezeki orang lain!” JawabnyaDengan sombong kembali ia berkata, “Lihat biji jagung ini rezeki siapa..?” Ujar Saprul sambil memegang biji jagung di depan mukanya.

“Entahlah, Nak... mungkin rezeki seekor ayam di negeri seberang,” jawab orang tua itu.

“Hahhh? Apa? Rezeki ayaaaaammm??? Sahut Saprul sambil tertawa terbahak-bahak. “Ini rezeki saya!” Lanjutnya sambil terus tertawa diikuti oleh kawan-kawannya.

Karena terlalu asyik tertawa... tiba-tiba jagung yang dipegang di depan wajahnya terjatuh... dan celakanya biji jagung itu tidak jatuh kemulutnya melainkan masuk ke dalam lobang hidung Saprul.... Masuk dan tersangkut!

Saprul kelabakan, ia sulit bernafas..hidungnya perih... mukanya merah padam menahan rasa sakit. Teman-temannya menjadi panik melihat apa yang terjadi terhadap Saprul. Mereka menjadi kebingungan, segera mereka membawa Saprul pulang ke rumahnya tanpa menghiraukan orang tua tadi.

Bingung... gaduh... kacau itu yang terjadi ketika Saprul tiba di rumahnya. Saprul teriak-teriak kesakitan, orang tuanya pun menjadi panik.

Dipangggillah tabib untuk mengeluarkan biji jagungnya... tapi tak bisa keluarSaprul terus merasakan perih di hidungnya.

Demikian terus terjadi hingga suatu hari terdengar kabar ada seorang tabib di negeri seberang yang sangat ahli dalam pengobatan. Mendengar hal itu keluarga Saprul langsung membawa Saprul ke negeri seberang tersebut. Untuk sampai kesana mereka harus menyeberangi lautan dengan perahu.

Singkat cerita, mereka tiba di dermaga  negeri seberang. Saprul sempoyongan  turun dari perahu... ia terkena flu berat akibat hidungnya tersumbat oleh biji jagung.

Begitu tiba di tempat si tabib ternyata tempat itu ramai oleh pasien... Dan karena musim kemarau, banyak debu berterbangan kesana kemari hingga membuat Saprul tambah tak nyaman. Ia merasa terganggu oleh debu-debu yang berterbangan. Tiba- tiba Saprul kesusahan bernapas oleh debu dan hidungnya yang tersumbat, akibatnya ia tersedak dan bersin dengan kerasnya. Begitu ia bersin tersembur pula biji jagung yang ada di lobang hidungnya.

Biji jagung terbang jatuh ke tanah... begitu mendarat biji jagungnya langsung disambar oleh seekor ayam...

Haaap!!! Masuk ke dalam paruh ayam... Hilang tanpa bekas.

Melihat hal itu Saprul gembira dan tertegun... Ternyata jagung ini bukan rezeki saya tapi rezeki ayam di negeri seberang... Betul kata orang tua itu..! gumam Saprul dalam hati.

Akhirnya timbul penyesalan dalam hatinya... dan berjanji tidak akan mengulang perbuatannya.