close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Monday 6 July 2020

Aku Yang Kurang Bersyukur


Aku melihat hidup orang lain begitu nikmat,
Ternyata ia hanya menutupi kekurangannya tanpa berkeluh kesah..
Aku melihat hidup teman-temanku tak ada duka dan kepedihan,
Ternyata ia hanya pandai menutupi dengan mensyukuri.
Aku melihat hidup saudaraku tenang tanpa ujian,
Ternyata ia begitu menikmati badai hujan dalam kehidupannya..
Aku melihat hidup sahabatku begitu sempurna,
Ternyata ia hanya berbahagia menjadi apa adanya..
Aku melihat hidup tetanggaku beruntung.
Ternyata ia selalu tunduk pada Allah untuk bergantung.

Setiap hari aku belajar memahami dan mengamati setiap hidup orang yang aku temui.
Ternyata aku yang kurang mensyukuri nikmatMu.
Bahwa di belahan dunia lain masih ada yang belum seberuntung yang aku miliki saat ini.
Dan satu hal yang aku ketahui, bahwa Allahu Rabbi tak pernah mengurangi ketetapanNya.
Hanya aku lah yang masih saja mengkufuri nikmat suratan Ilahi.

Maka aku merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang lain.
Mungkin aku tak tahu dimana rezekiku.. Tapi rezekiku tahu dimana diriku.
Dari lautan biru, bumi dan gunung, Allah Ta’ala telah memerintahkannya menuju kepadaku.
Allah Ta’ala menjamin rezekiku, sejak 4 bulan 10 hari aku dalam kandungan ibuku.
Amatlah keliru bila bertawakkal rezeki dimaknai dari hasil bekerja.
Karena bekerja adalah ibadah, sedang rezeki itu urusan-Nya.
Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-Nya, adalah kekeliruan berganda..
Manusia membanting tulang, demi angka simpanan gaji, yang mungkin esok akan ditinggal mati..
Mereka lupa bahwa hakekat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya.

Rezeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, Allah menaruh sekehendak-Nya..
Diulang bolak balik 7x shafa dan marwa, tapi zamzam justru muncul dari kaki sang bayi, Ismail ‘alayhissalam
Ikhtiar itu perbuatan.
Rezeki itu kejutan.
Dan yang tidak boleh dilupakan, tiap hakekat rezeki akan ditanya kelak..
“Darimana dan digunakan untuk apa”
Karena rezeki hanyalah “hak pakai”, bukan “hak milik.”

Rasulullah salallahu 'alaihiwasallam bersabda :"Tidak akan bergeser kedua telapak kedua kaki seorang hamba dihari kiamat sehingga ditanya dengan empat macam, yaitu : Tentang umurnya habis digunakan untuk apa, jasadnya rusak digunakan untuk apa, ilmunya bagaimana mengamalkannya, hartanya dari mana mencari dan kemana harta itu membelanjakannya". (HR.At Tirmizi)

Yakni hitung-hitunglah diri kita sebelum kita dimintai pertanggung jawaban, dan perhatikanlah apa yang kita tabung buat diri kita berupa amal-amal saleh untuk bekal hari kita dikembalikan, yaitu hari dihadapkan kita kepada Robul'alamin. 

Allah SWT Berfirman:"Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan laranganNya); dan hendaklah tiap-tiap diri melihat dan memerhatikan apa yang ia telah sediakan (dari amal-amalnya) untuk hari esok (hari akhirat). Dan (sekali lagi diingatkan): Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat Meliputi PengetahuanNya akan segala yang kamu kerjakan.(QS. Surat Al-Hasyr 18)

Bahwa masalah duniawi itu adalah masalah yang rendah, pasti lenyap, sedikit, dan pasti rusak. Maka perlu diwaspadai supaya selamat dan beruntung. 

Wallahu a'lam...