Ada secarik kertas pertanyaan yang ditujukan kepada Ustadz. Syafiq bin Riza Basalamah pada kajian "Bangkai Hidup", yang jawabannya mencabik-cabik relung hati terdalam ratusan jama'ah pagi itu... Semua tertunduk , berurai air mata, tersedu-sedu.
Pertanyaan tersebut berbunyi...
"Ustadz, bagaimana cara agar ana yang di Jakarta, tetap bisa bermuamalah dengan baik dengan orang tua ana yang berada di Bogor?"
Ustadzpun menjawabnya ringan dengan diselipi canda khasnya...
"Ya akhi... Bogor - Jakarta itu ada keretanya nggak ya? Ada kan. Masya Allah... Naik kereta kan bisa akhi...
Nggak kayak dulu harus naik unta... Lama sampainya..."
Jama'ah pun tertawa...
Berselang beberapa detik dari gemuruh tawa yang menggema di masjid, mendadak air muka ustadz berubah. Kepala beliau menjadi tertunduk... Matanya terlihat berkaca-kaca. Ustadz teringat sebuah kisah. Kisah nyata...
"Ana mau cerita sedikit tentang sebuah kisah dari Arab... Semoga antum bisa mengambil faidah..."
Beliau pun bercerita...
Ada sepasang suami istri, yang sudah hampir 21 tahun menikah, namun sang suami jarang sekali mengunjungi ibunya... Mereka bertemu pada saat hari-hari raya saja...
Hingga pada suatu malam, sang isteri bertanya, "Wahai suamiku, tak inginkah kau keluar malam ini bersama seorang wanita?"
Sang suami pun terkejut...
"Maksudmu wahai istriku? Seorang wanita? Aku tak mengerti..."
Sang isteri berkata, "Ibumu, wahai suamiku..."
Sang suami pun terdiam. Ia baru sadar, bahwa sudah lama sekali ia tak memiliki waktu khusus dengan sang Ibunda...
Ia pun segera menelepon ibundanya, hendak mengajak makan malam.
Ketika sang anak mengutarakan keinginannya kepada sang ibu, ibundanya terheran-heran...
"Ada apa gerangan anakku? Ada apa? Kenapa tiba-tiba mengajakku pergi?"
Sang anak menjawab, "Tidak ibu. Tidak ada apa-apa... Aku hanya ingin mengajak ibu makan malam. Berdua saja..."
Diseberang telepon, sang ibu sangat terharu... Karena setelah sekian lama, akhirnya ia memiliki waktu khusus bersama anak yang sangat ia cintai...
Sesampai di rumah sang ibu, terlihat beliau sudah berdiri di depan pintu rumah dengan pakaian yang begitu rapi dan senyum yang teramat tulus, untuk menyambut anak tercintanya. Sangat terlihat bahwa, sang Ibunda tak ingin terbuang waktunya barang sedetikpun.
Masuk ke dalam mobil, senyumnya masih terpajang di pipi beliau yang sudah di hiasi banyak kerutan itu. Sang ibunda berujar, "Nak, ibu sangat bahagia malam ini..."
Sang anak membalasnya, "Begitu juga aku ibu...", Sambil mencium tangan sang ibu. Lalu merekapun bergegas menuju sebuah restoran dan berbincang-bincang hingga larut malam. Terpampang sekali ada luapan kasih sayang dan rindu yang tak dimiliki, bahkan oleh isterinya sekalipun, hanya sang ibu.
Singkat cerita, tak lama dari pertemuan malam itu, sang ibunda pun meninggal dunia...
Ya... Pertemuan malam itu adalah rezeki terakhir mereka bisa berdua.
Sungguh suatu kenyataan yang tak bisa dibayangkan, namun semua ikhlas saat itu, semua ridho dan hanya berharap Allah jalla jalaluhu akan menempatkan sang ibunda tercinta di sisi-Nya.
Beberapa hari setelah kepergian sang ibunda, telepon genggam sang anak berdering...
"Mas, anda sekeluarga diundang oleh seseorang untuk makan malam nanti di restoran kami" ujar seorang pegawai restoran.
Ternyata restoran itu adalah tempat ia dan ibundanya makan malam saat itu.
"Oh begitu...
Kalau boleh tahu, siapa yang mengundang ya mas?" Ujarnya dengan keheranan.
"Seseorang mas," jawab pegawai tersebut.
Iapun datang untuk memenuhi undangan tersebut bersama isteri dan anak-anaknya. Lalu ia bertanya kepada salah seorang pegawai, "Maaf mas, sebenarnya siapa yang mengundang kami kesini? Mana ya orangnya?"
Pegawai itu menjawab, "Sebentar mas, saya tanyakan ke resepsionis".
Tak lama pegawai itu kembali untuk memberitahu nama orang yang mengundang ia sekeluarga. Ia bilang, orang yang mengundang ini sudah memesan sejak jauh-jauh hari...
Dan nama yang diucapkan oleh pegawai restoran itu adalah nama yang sangat tak asing di telinga sang kepala keluarga itu... Bahkan mengalir darahnya ditubuhnya...
Nama itu adalah nama sang ibunda tercinta...
Sahabat, kasih ibu sepanjang masa. Tak tergantikan oleh siapapun juga. Bukan harta yang ia mau, tapi waktu kita yang ia tunggu...
Maka itu, jika rambut ibumu sudah memutih, kerutan-kerutan sudah menghiasi tubuhnya, berkasih sayanglah kita kepadanya...
Jagalah ia selalu. Jangan lupa untuk menghubungi, meski jarak terlampau jauh. Dan do'akan agar beliau selalu dirahmati oleh Allah jalla jalaluhu selalu.