Setiap orang pasti punya kesibukan. Bekerja, sekolah atau mengurus rumah.berbisnis, bahkan berdakwah. Hingga tanpa disadari, kehidupan hanya berputar pada rutinitas semata.
Kapan terakhir mengunjungi orang tua? Sudah lama. Menjumpai saudara? Duh, lupa! Menelepon kerabat? Maaf, tidak sempat. Hingga akhirnya silaturahmi menjadi urusan nomor sekian dalam agenda hidupnya.
Padahal Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menyambungkan tali silaturahmi. Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab, “Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5983)
Yang perlu diperhatikan adalah makna menyambung silaturahmi. Ternyata penekanannya pada menyambungkan kembali silaturahmi yang telah putus.
Memang tak mudah bagi seseorang untuk mendekat lebih dulu. Ini membutuhkan kerendahan hati dan kesabaran tingkat tinggi. Namun cukuplah motivasi ruhiyah menjadi pendorongnya. Orang lain mungkin mencemoohnya. Belum lagi gengsi mendera. Padahal pada hakikatnya, siapa yang menyambung silaturahmi, berarti dia mengikatkan dirinya pada Allah.
Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Marilah kita jaga silaturahmi dengan orangtua, keluarga dan saudara. Ikatkan kembali yang telah terurai,dekatkan yang jauh,agar persaudaraan tak hanya terjalin di dunia. Namun erat hingga ke surga-Nya.