close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Tuesday 6 February 2018

Buah Keikhlasan Dari Sedekah








Kang Dewa, selalu merasa iri dengan pebisnis lain yang menurut penilaiannya jauh lebih sukses dibandingkan dengan dirinya. Hal utama yang membuatnya iri bukan tentang banyaknya harta atau penghasilan mereka, akan tetapi lebih kepada sifat mereka terhadap pengeluaran hartanya untuk bersedekah.
Ia merasa bahwa mereka-mereka itu bisa dengan mudahnya, mengeluarkan hartanya untuk bersedekah gila-gila-an tanpa hitung-hitungan. Sungguh hal ini lah yang membuatnya merasa sangat penasaran sekali.
Hingga suatu saat beliau berkesempatan mengisi salah satu acara pelatihan bisnis di kota Medan, dan bertemu dengan salah satu peserta, seorang bapak-bapak yang memiliki penampilan muda. Saat sesi istirahat berlangsung bapak ini mengajaknya untuk bertemu di luar acara pelatihan, tepatnya di hotel tempat menginap.
Malam harinya, kedua pebisnis ini bertemu di lobi hotel dan setelah berbincang-bincang sebentar keduanya sepakat untuk jalan-jalan keluar hotel. Bapak-bapak peserta training itu walaupun sudah cukup berumur tetapi memiliki penampilan dan pembawaan muda.
Ketika berada di mobil mereka berdua terlibat dengan perbincangan santai dan akrab hingga tak terasa sampailah keduanya di sebuah restoran untuk melanjutkan obrolan seru mereka. Disinilah perbincangan mulai menjadi lebih serius dan baru diketahuinya bahwa restoran yang luas itu adalah milik si Bapak peserta trainingnya itu . Wow ! sangat mengagetkan.
Sambil ngobrol iseng-iseng diskusi pun mengalir, “Sudah berapa lama pak memilik restoran ini ?” “Oh, kalau yang ini baru-baru ini kok kang, belum sampai setahun.” Jawabnya. Wah, berarti Bapak ini memiliki restoran lain atau bisnis yang lain tentunya, makin membuat Kang Dewa penasaran.
Langsung Ia pun melanjutkan pertanyaannya, “Kalau yang lain pak?”
“Kalau rumah sakit, sudah cukup lama, robotik, lumayan juga, madrasah, dari awal Saya berbisnis. Hotel, juga sudah lama sih.”
Abuset dah! Ini orang bukan orang sembarangan. Sambil terkaget-kaget, Kang Dewa melanjutkan, “Pak, banyak amat bisnisnya…”
Sembari bercanda, dia bilang, “Ah, enggak kang, biasa aja. Hobi Saya sebenernya ngajar. Saya lulusan Al-Azhar Kairo...” Yassalam… Makin kepo nih …
Kang Dewa pun langsung menjawab, “Kalau lulusan Al-Azhar, Hafidz Quran dong pak?”
“Ya Alhamdulillah … bisnis cuma selingan aja.” jawabnya.
“Wah ini orang assem tenan…” jawab Kang Dewa dalam hatinya. Tapi tentu dalam konotasi yang baik…
Akhirnya obrolan mereka pun berlanjut panjang lebar hingga tengah malam.  Kang Dewa menyatakan betapa asyiknya dia dalam diskusi tersebut. Beliau mengatakan banyak sekali belajar dari bapak yang satu itu. Sederhana, pemikiran tapi prestasinya sungguh luar biasa!
Salah satu pesan yang sangat diingat oleh Kang Dewa dari hasil percakapan mereka saat itu kurang lebih seperti ini, “Kang, jangan pernah tinggalkan Al-Quran. Jaga Al-Quran ! Sebisa mungkin setiap hari membaca dan mengkaji Al Quran…”
Allah ya Rabb.. nyess ! Begitu cerita Kang Dewa menggambarkan bagaimana perasaanya pada saat mendengarkan nasehat tersebut.
“Satu lagi, jangan pernah ragu untuk sedekah banyak. Saran Saya, nanti akang setiap hari Jum’at cobalah bagi-bagi nasi untuk orang-orang yang tidak mampu di kota akang. Kenapa harus bagi-bagi nasi? Wah ini penjelasannya bisa sampai pagi kang. Pokoknya ikutin aja lah …” begitu pesan terakhir dari Bapak-bapak itu kepada Kang Dewa.
Sepulangnya ke Bandung, wejangan Bapak tersebut langsung dipraktekkan oleh Kang Dewa hingga beberapa bulan. Hasilnya emang ajaib! Gak bisa diungkapkan dengan kata-kata, ungkap Kang Dewa.
Selain bisnisnya banyak dan besar-besar, Bapak itu tidak pernah berhenti berbagi (baik harta ataupun ilmu). Hal ini lah yang membuat Kang Dewa iri, ingin seperti Bapak itu, selalu didengungkan dalam setiap doa Kang Dewa.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak diperbolehkan iri dan dengki, kecuali pada dua perkara. Pertama, seseorang yang diberi Allah harta kekayaan lalu ia menghabiskan harta kekayaan itu pada jalan yang benar. Kedua, seseorang yang diberi ilmu lalu ia mengamalkanya dan mengajarkannya pada orang lain” (HR. Muslim)

Jadi, iri dengan orang macam begitu, gak apa-apa ternyata dalam Islam.