close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Wednesday 31 January 2018

Istiqomah Dalam Berhijrah



“Hijrah itu mudah, yang sulit istiqomah setelah berhijrah” 
Kalimat diatas memang tidak bisa dinafikan. Benar adanya, istiqomah tidak semudah awal berhijrah. Hal itu lumrah terjadi, karena syaitan tidak akan berhenti menjerumuskan manusia ke dalam lumbung dosa. Syaitan tidak akan ridho bila seseorang taat pada Allah, untuk itu berbagai upaya dilakukan agar manusia kembali ke masa jahiliyah dan menjadi pengikutnya.

Banyak kasus yang terjadi dan membuat hati bimbang untuk melanjutkan proses hijrah. Dicemooh karena memakai jilbab panjang, dijauhi teman karena memilih untuk tidak berpacaran dan lain sebagainya. Disitulah letak keimanan seseorang diuji dan bisa jadi Allah sedang menjauhkan dari orang-orang yang menghambat proses hijrah kita. Tentu kita harus bersyukur dan senantiasa meluruskan niat serta memelihara semangat dalam berhijrah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat fushilat ayat 30: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seseorang yang senantiasa istiqomah, kelak akan dihibur para malaikat agar tidak merasa takut dan sedih. Namun pada kenyataannya kondisi keimanan seseorang terkadang naik-turun. Lalu bagaimana caranya agar tetap istiqomah?

1. Luruskan niat dan perbanyak interaksi dengan Al-Qur’an

Ketika keimanan sedang futur, ingatlah kembali niat awal untuk berhijrah. Luruskan kembali niat hanya untuk Allah SWT. Kemudian perbanyak interaksi dengan Al-Qur’an. Allah SWT berfirman: “Katakanlah: Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (QS.An-Nahl: 102).

2. Membaca kisah para sahabat

Salah satu cara untuk memotivasi diri yang sedang dalam futur adalah membaca kisah-kisah muslimah terdahulu. Dengan begitu semangat akan pulih dan banyak hal yang dapat diteladani untuk kehidupan sehari-hari. Contohnya meneladani kemuliaan Maryam binti Imran, bagaimana Aisyah r.a mengatasi masalahnya, ketaatan Siti Hajar dan lain-lain. Tantangan dan keimanan mereka dapat menjadi motivasi diri untuk tetap istiqomah dalam kebaikan.

3. Berkumpul dengan yang satu visi

Manusia adalah makhluk sosial, dimanapun berada pasti membutuhkan orang lain. Begitupun saat berhijrah, untuk senantiasa istiqomah manusia membutuhkan semangat dari orang lain. Untuk mengatasi kejenuhan atau keraguan carilah orang-orang yang memiliki satu visi. Berada dalam lingkungan yang memiliki tujuan yang sama akan memberikan inspirasi dan motivasi pada diri. Dengan mendengar kata-kata mereka, melihat tindakan mereka bahkan hanya dengan bertemu mereka akan mengingatkan kembali tujuan awal kita untuk berhijrah. Ibarat sapu lidi tidak akan bisa membersihkan halaman hanya sendiri, dengan berkumpul dengan lidi lainnya maka akan memiliki kekuatan untuk membersihkan halaman dalam waktu yang singkat.

4. Perbanyak do’a kepada Allah SWT.

Hati manusia dinamis. Perubahannya bisa dalam hitungan jam, menit bahkan detik sekalipun. Namun istiqomah dalam kebaikan harus tetap dijaga. Sebagai manusia biasa tentunya kesulitan untuk mejaga kondisi hati. Karena itu mintalah pertolongan pada sang pemilik hati. Berdo’a agar senantiasa diistiqomahkan. “Yaa muqollibal quluub tsabbit qoblii ‘alaa diinik : wahai Sang pembolak balik hati, teguhkan hati ini pada agamaMu”. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman: “Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir” (QS.Ali Imran: 147).

Wallahu a’lam bish shawab.