close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Sunday 29 January 2017

Ikhlas Karena Terpaksa


Pada hari Jumat itu, Udin diminta oleh Kiyai Ahmad untuk mengantarkannya ke kampung sebelah, karena Kiyai Ahmad akan mengisi Khutbah Jum'at di Masjid kampung tersebut. Kebetulan si Udin memang mahir mengemudikan mobil, jadi Udin diminta untuk menyetir mobil Kiyai Ahmad menuju kampung tersebut yang jaraknya memang agak jauh. Karena yang memintanya Kiyai Ahmad maka Udin pun tak kuasa untuk menolak, mengingat Kiyai Ahmad adalah salah satu tokoh agama yang disegani dan ditokohkan oleh masyarakat kampung dimana Udin tinggal.

Menjelang siang Udin sudah berada di rumah Kiyai Ahmad. Kiyai Ahmad pun sudah siap untuk berangkat menuju kampung sebalah. "Ayo!, Din, kita berangkat sekarang!" Ujar Kiyai Ahmad. "Iya, Kiyai," jawab Udin sambil membukakan pintu mempersilahkan Kiyai Ahmad masuk ke dalam mobil.

Mereka tiba di masjid tujuan sebelum azan Sholat Jum'at dikumandangkan. Tanpa menunggu lama lagi, Kiyai Ahmad bersama Udin segera berwudhu dan langsung masuk ke dalam masjid. Ketika masuk waktu sholat, azan pun dikumandangkan oleh Muazin.

Tidak lama kemudian, Kiyai Ahmad dipersilahkan naik ke mimbar untuk menyampaikan Khutbah Jum'at. Di pertengahan khutbah, ternyata Udin mengantuk, kepalanya menunduk-nunduk menahan kantuk. Semalam Udin memang begadang karena menonton siaran langsung sepak bola. Akibatnya siang ini, dia begitu mengantuk.

Saat itu, kotak infak masjid diedarkan. Sebagaimana lazimnya di kampung-kampung, kotak infak tidak ditempatkan didepan pintu masuk tetapi diedarkan secara berantai ketika khutbah sedang berlangsung. Tak berapa lama kemudian tibalah kotak infak itu di hadapan Udin dan kini gilirannya untuk memasukkan uang ke dalam kotak infak tersebut.

Karena sedang mengantuk, dia mengeluarkan dompet dari kantong celana bagian belakang dengan malas. Dia mengambil lembaran uang dua ribu rupiah dari dalam dompetnya dan memasukkannya ke dalam kotak infak. Tiba-tiba seorang lelaki tua yang duduk di shaf belakang menepuk pundak Udin dan menyodorkan uang sebesar dua ratus ribu rupiah kepada Udin. Udin menyangka orang tua itu memintanya memasukkan uang tersebut ke dalam kotak infak. Tanpa pikir panjang Udin memasukkan dua lembar uang kertas pecahan seratus ribu rupiah itu ke dalam kotak infak. Nah, dua ribu rupiah sudah masuk, menyusul dua ratus ribu rupiah juga sudah masuk kotak infak.

Dalam hati Udin bergumam, "Dermawan sekali orang tua ini. Dia ikhlas menginfakkan uang sebesar itu ke masjid." Selanjutnya Udin segera mengedarkan kotak infak itu kepada jemaah di sampingnya. Udin kembali menunduk-nundukkan kepalanya karena menahan kantuk sampai khatib selesai membacakan Khutbah Jum'at.

Saat Iqamah sudah dikumandangkan oleh Muazin, Jemaah Shalat Jum'at mulai berdiri mengatur dan merapikan shaf. Tiba-tiba orang tua yang tadi menyodorkan uang dua ratus ribu rupiah kembali menepuk pundak Udin. "Nak, itu tadi uang kamu, jatuh dari dompetmu, ketika kamu mau mengambil uang untuk dimasukkan ke dalam kotak infak."

Mak.., Jegglaakk..!

Udin terperanjat dan terdiam beberapa saat. Ternyata uang yang dimasukkan ke dalam kotak infak masjid itu adalah uang miliknya juga. Orang tua tadi menyodorkan uang itu kepada Udin karena ingin mengembalikan uang Udin, bukan meminta untuk memasukkannya ke dalam kotak infak. Rasa kantuk yang tadinya begitu kuat menyerang Udin, sirna seketika. Matanya yang tadi merah karena menahan kantuk, kini merah karena menahan tangis.

Kini, tak ada yang dapat dilakukan oleh Udin kecuali pasrah dan ikhlas walaupun terpaksa. Setelah Sholat Jumat selesai, Udin duduk beberapa saat sambil berdoa memohon kepada Allah agar diberi hati yang lapang dan ikhlas. "Udiin.. Udiin..! hari ini kamu benar-benar diberi pelajaran yang amat berharga," gumam Udin di dalam hati.

Dalam kisah di atas dapat dikatakan bahwa Udin tidak sengaja berbuat kebaikan. Perlu diketahui, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kita lakukan. Jadi tidak perlu takut memberi apa yang paling kita sukai karena Allah. Apalagi apa yang diberikan itu jelas untuk kebaikan Umat Islam. Allah telah berjanji untuk menggantinnya sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam Al-Quran.