close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Tuesday 15 November 2016

Jangan Kau Cela Saudaramu


Allah mengharamkan perbuatan mencela orang lain, dan ini juga merupakan kesepakatan para ulama. Perbuatan ini termasuk dosa besar, wajib seorang muslim untuk menjauhinya dan mengingatkan orang lain dari dosa ini
Allah Ta’ala berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, tidak akan mengejek kami, mudah-mudahan mereka akhirnya mereka dahulu wanita dari wanita, mudah-mudahan akhirnya. Jika tidak kalian dapatkan wedding tnạbzwạ pertama dengan gelar nama buruk kefasikan setelah iman dan tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim

" Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah sekelompok manusia kami ingkar kelompok yang lainnya, itu mungkin bahwa kritik adalah lebih baik daripada mereka. Dan apakah sekelompok wanita menghina grup lain, dapat menjadi kritik itu lebih baik. Dan Janganlah kamu seperti menghina dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan nama panggilan yang berisi travesty. Bagaimana buruk panggilan adalah (a) panggilan yang buruk sesudah iman. Dan Barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim " (QS. Surah Al-Hujurat: 11)

- Haramnya Menghina Orang Lain

Dalam ayat ini disebut hamba-Hamba Allah yang beriman dengan panggilan yā ạảyũhā (ạlãdẖīna ậmanūạ), yang merupakan panggilan allah sangat baik terhadap hamba-hamba-nya. Setiap Firman Tuhan yang diawali dengan panggilan untuk hamba-hamba-nya (yā ạảyũhā ạlãdẖīna ậmanūạ) menunjukkan bahwa setelah itu, Allah ta ' ala akan menyampaikan sesuatu yang penting. Komentari. Sebagai Teman Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu' anhu, "jika kalian mendengar allah berkata ( yā ạảyũhā ạlãdẖīna ậmanūạ ) maka dengarkanlah. Karena ada ada baik atau buruk allah yang dilarang oleh Allah" (Dinukil dari nidaa atu ar-Rahman Ahlil Li)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah Ta’ala melarang dari perbuatan sikhriyyah terhadap manusia, yaitu sikap merendahkan orang lain dan menghina mereka. Hal ini sebagaimana terdapat pula dalam hadits Nabi tatkala beliau bersabda, ‘Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain’, maksudnya adalah menghina dan menganggap orang lain lebih rendah, dan ini adalah perbuatan haram. Boleh jadi orang yang dihina lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah dan lebih Allah cintai. Oleh karena itu Allah berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim).

Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang sebagian hak seorang mukmin dengan mukmin yang lain. Yaitu janganlah sekelompok orang mencela sekelompok yang lain baik dengan kata-kata ataupun perbuatan yang mengandung makna merendahkan saudara sesama muslim. Perbuatan ini terlarang dan hukumnya haram. Perbuatan ini menunjukkan bahwa orang yang mencela itu merasa kagum dengan dirinya sendiri” (Taisiir Al Kariimi Ar Rahman).

Larangan ini bersifat umum, mencakup celaan terhadap segala hal. Imam At Thabari rahimahullah menjelaskan, “ Allah menyebutkan secara umum larangan untuk mencela orang lain, sehngga larangan ini mencakup seluruh bentuk celaan. Tidak boleh seorang mukmin mencela mukmin yang lain karena kemiskinannya, karena perbuatan dosa yang telah dilakukannya, dan yang lainnya” (Lihat Jaami’ul Bayan).

Jelaslah dalam ayat ini Allah mengharamkan perbuatan mencela orang lain, dan ini juga merupakan kesepakatan para ulama. Perbuatan ini termasuk dosa besar, wajib seorang muslim untuk menjauhinya dan mengingatkan orang lain dari dosa ini. Dan sifat ini merupakan di antara sifat orang munafik dan orang kafir. (Lihat Al Manhiyaat fii Suurati Al Hujuraat).

- Boleh Jadi Orang Yang Dihina Itu Lebih Baik

Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan: “Padahal boleh jadi pihak yang dicela itu justru lebih baik daripada pihak yang mencela. Bahkan inilah realita yang sering terjadi. Mencela hanyalah dilakukan oleh orang yang hatinya penuh dengan akhlak yang tercela dan hina serta kosong dari akhlak mulia. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim” (HR Muslim) “ (Taisiir Al Kariimi Ar Rahman).

Sahabat, kita tidak mengetahui hakekat seseorang. Boleh jadi orang yang dicela itu lebih mulia di sisi Allah, boleh jadi dia lebih banyak amal kebaikannya, boleh jadi dia lebih bertakwa. Dan tidak ada yang menjamin seseorang akan selalu lebih baik kondisinya dari orang lain. Orang yang tadinya kaya bisa jadi mendadak hilang hartanya. Orang yang punya jabatan tinggi, bisa lengser seketika. Orang yang tadinya mulia kedudukannya, bisa jadi nanti masyarakat merendahkannya. Sehingaa, tidaklah pantas seseorang merasa jumawa, merasa dirinya lebih baik dari orang lain sehingga mencela dan merendahkannya.