close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Monday 28 November 2016

Allah Tidak Akan Salah





Suatu hari ada seseorang bertamu ke istana Sulaiman. Sulaiman melayaninya dengan mengajak berbincang-bincang. Tak berapa lama kemudian, sang tamu merasa dirinya diperhatikan oleh seseorang. Diliriknya sebuah sudut ruangan yang ada dihadapannya. Ya, di situ memang ada yang orang yang sedang menatapnya. Namun, si tamu mencoba untuk berbaik sangka.

“Ah, mungkin itu hanya perasaanku saja,,” piker sang tamu. “Mungkin saja dia kebetulan sedang melihat ke arahku.”

Sang tamu kembali melanjutkan pembicaraan dengan Sulaiman, tetapi hatinya tidak bias dibohongi. Perasaan resah terus menghantuinya. Dia merasa, orang yang sejak tadi memandang dirinya memang bermaksud mengawasinya. Ia pun ingin memastikan kembali.

Ketika ia memandang sudut ruangan, ternyata orang tersebut sudah menghilang. “Mengapa orang itu menghilang?” piker si tamu dalam hati.

Melihat tamunya terlihat resah, Sulaiman bertanya, “Wahai Saudara, kulihat sejak tadi kau begitu resah. Apakah penghormatanku kepada seorang tamu tidak memuaskan hatimu?”

Dengan cepat tamu itu menjawab, “Oh, bukan, bukan begitu, Saudaraku. Perlakuanmu sungguh lebih dari yang aku harapkan. Kau memang orang yang sangat mulia.”

“Kalau begitu, apakah yang merisaukan hatimu. Mungkin aku bias membantumu mencarikan jalan pemecahannya?” tawar Sulaiman.

“Begini, ketika aku berbincang-bincang denganmu, aku melihat ada seseorang di sudut sana yang terus menatapku. Siapakah dia?” ujar sang tamu sambil menunjuk sudut yang dimaksud.

“Oh, dia adalah sahabatku, sang malaikat maut,” jelas Sulaiman.

“Ya, dia terus-menerus menatapku, seakan-akan aku adalah sasaran untuk diambil nyawanya,” ungkap sang tamu.

“Kalau begitu, untuk menenangkan hatimu, adakah yang kau inginkan?” tawar Sulaiman lagi.

“Terima kasih, Saudaraku. Aku sangat berharap bias pergi jauh dari sini. Kalau saja aku sekarang ada di India,” ucap sang tamu.

“Tidak masalah. Dengan ilmu anugerah Allah, aku bias melakukannya,” ujar Sulaiman.” Aku akan menyuruh udara untuk mengantarkanmu ke India.”

Atas izin Allah, udara membawa tamu Sulaiman dan menurunkannya di India.

Tidak berapa lama, malaikat maut datang kembali ke istana Sulaiman. Sulaiman pun bertanya kepadanya, “Sahabatku, mengapa kau memandangi terus tamuku tadi? Ia amat resah karena tatapanmu.”

Malaikat maut menjawab, “Aku bingung. Allah telah memerintahkanku mencabut nyawa orang itu di India, padahal tadi kulihat dia sedang ada dihadapanmu. Tapi karena itu sudah tugasku, aku pun pergi ke India.”

“Apakah kautemui orang itu di India?” Tanya Sulaiman.

“Tentu saja. Allah memang tidak akan salah. Kini sudah kulaksanakan tugasku,” tegas malaikat maut.

“Allah yang menciptakan dan menentukan kapan manusia lahir. Pasti, Ia jugalah yang menentukan kapan dan di mana manusia mati.”