Lebih dari tiga tahun yang lalu, saya direkrut sebuah lembaga dalam suatu proyek penelitian di suatu tempat. Dalam penelitian itu, saya dipasangkan dengan seseorang, Firman namanya. Berdasarkan skedul saya akan bekerja bersama Firman sampai pekerjaan itu selesai. Waktu itu saya belum mengenalnya, tentu jika kita harus bekerjasama dengan orang kita perlu tahu karakter orang tersebut. Yang agak merisaukan beberapa teman yang mengenalnya memberi tahu saya bahwa Firman bukanlah orang baik. Bahkan ada yang menjelek-jelekan Firman jika dia itu orang yang 'keras', 'tidak bisa di tolak', dan 'egois'.
Hari pertama bertemu Firman dan bekerja sama, saya menilainya biasa-biasa saja. Akan tetapi, karena adanya "bisikan" dari teman-teman yang telah lebih dulu mengenalnya, saya pun bersikap hati-hati. Lalu pekerjaan itu pun dimulai. Kami berangkat ke lokasi yang ditentukan. Estimasi awal, pekerjaan itu akan kami selesaikan dalam 15 hari. Jadi, saya pun sempat membatin, bahwa setengah bulan mendatang saya akan hidup bersama seseorang yang "keras" tersebut. Kedengarannya seperti ujian mental bagi saya.
Akan tetapi, ajaib, yang saya khaatirkan tidak terjadi, selama kami bekerja sama, saya mendapati Firman sebagai orang yang baik. Dia memang sosok yang "keras" dan "tidak bisa ditolak". Akan tetapi, dia menempatkan karakter itu dalam hal positif, dan saya sama sekali tidak keberatan dengan sifatnya itu. Bahkan, selama menjalani hari-hari bersamanya, saya mendapati Firman sebagai teman yang cocok. Bukan hanya dalam pekerjaan, juga sebagai pribadi.
Saya baru menyadari, mereka yang berbicara jelek tentang Firman hanya melihat satu bagian pada dirinya dan melupakan bagian lainnya. Padahal, manuasia adalah satu kepribadian yang utuh, ia tak bisa dinilai bagian per bagian. Tidak ada manusia yang baik seutuhnya, pun tidak ada manusia yang buruk seutuhnya. Menilai manusia hanya dari satu bagian sama hal nya menilai gajah dari sudut pandang orang buta.
Itu hanya masalah sudut pandang, dan sudut pandang kita, sayangnya, sering kali tidak lengkap, dan kemudian menghadirkan vonis kepagian. Ada malaikat dan iblis di dalam setiap kita, pun dalam diri orang lain. Kadang-kadang kita menyaksikan sinar malaikatnya, namun kadang pula kita melihat iblis gelap di dalam dirinya. Dan, begitu pula yang dilihat orang lain pada diri kita.