Sahabat, menikah bukanlah untuk sekedar melampiaskan nafsu yang sudah bergolak, menikah adalah BAI’AT kita kedua kepada Allah SWT untuk membangun sebuah Komunitas Terkecil untuk menegakkan Aturan Allah SWT, nah ketika Aturan Allah SWT itu kita tegakkan bersama pasangan hidup kita maka yang tejadi adalah Keindahan, Ketenteraman, Kedamaian, Kebahagiaan dan Ketenangan, dan inilah Modal untuk MEMACU meraih VISI Keummatan yang lebih besar yaitu Kaaffatan Linnas dan Rahmatan Lil’Alamin, menebar Kasih Sayang seluas-luasnya untuk memberi manfaat kepada seluruh ummat.
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."(Q.S. Ar Ruum, 030:021)
Pernikahan itu telah berjalan 4 tahun, namun pasangan tersebut belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik, "kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? suaminya atau istrinya?" Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.
Tanpa sepengetahuan siapapun, pasangan itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melaksanakan pemeriksaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apapun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak ada peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak. Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: "inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, lalu menyambungnya dengan ucapan: Alhamdulillah.
Lalu sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki. Sang suami berkata pada dokter, "Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti dokter jelaskan pada istri saya bahwa masalahnya ada pada saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa". Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran. Akan tetapi sang suami terus memaksa dokter, akhirnya sang dokter setuju.
Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersamaan sang istri ia memasuki ruang dokter lalu meminta sang dokter membuka amplop hasil lab, untuk membaca dan menelaahnya, dan kemudian ia berkata:
" ... Oooh, ternyata Bapak yang mandul, sementara istri Bapak tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagi Bapak untuk sembuh. Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, dan terlihat pada raut wajahnya, wajah seseorang yang menyerah kepada qadha dan qadar Allah.
Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.
Lima tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan pasangan itu tetap bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, dimana sang istri berkata pada suaminya, "Wahai Suamiku, saya telah bersabar selama 9 tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata: "betapa baik dan shalihahnya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama 9 tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan".
Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin engkau menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya. Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata: "istriku, ini cobaan dari Allah, kita mesti bersabar, kita mesti .., mesti .., dan mesti .." . “ sudah sudah diam, kok malah ceramahin saya sih “ sergah sang Istri.
Akhirnya sang istri berkata: "OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih !". Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan sang istri mengalami gagal ginjal. Mendengar keterangan tersebut, jatuhlah psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: "semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan ... saya kan… hix hix hix" .
Sang istri pun bed rest di rumah sakit. Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: "Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja". "Haaah, pergi?". Kata sang istri. "Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat". Kata sang suami.
Sehari sebelum operasi, dikabarkan adanya donatur ke tempat pembaringan sang istri. Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur. Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: "Dasar Suami gak tau diri, suami apaan dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan aku terkapar dalam ruang bedah operasi".
Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.
Dan subhanallah ... Setelah 9 bulan dari operasi itu, sang istri melahirkan anak. Maka bergembiralah pasangan tersebut, keluarga besar dan para tetangga. Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan study S2 dan S3-nya di sebuah fakultas Syari'ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur'an dan mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari 'Ashim.
Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan. Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya. Hampir saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung.
Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf kepada suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan tangisan pula.
Ya…Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidaklah orang lain melainkan Sang Suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk sang istri.
Dan setelah peristiwa tersebut, selama 3 bulanan, sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, sang istri berbicara dengan menundukkan kepalanya, karena tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.